Kalapas Sumenep Gelar Hari Bhakti Pemasyarakatan Ke – 61 Dengan Kontes Bonsai Se Madura.

Sumenep, Mediakota.com – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sumenep, di bawah naungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur, bertransformasi menjadi pusat gravitasi seni bonsai dalam perhelatan akbar yang berlangsung pada 25-26 Maret 2025. Acara ini bukan sekadar pameran, melainkan sebuah simposium estetika alam yang mempertemukan ratusan seniman bonsai dari berbagai penjuru nusantara.

Kontes bonsai yang telah dipersiapkan sejak lama memamerkan 250 karya terbaik yang bersaing dalam empat kelas prestisius: Pratama, Madya, Utama, dan Bintang. Setiap kelas mewakili tahapan kematangan seni bonsai, dari yang baru merintis hingga mahakarya berusia puluhan tahun. “Kriteria penilaian terfokus pada kematangan pohon dan estetika visual yang mencerminkan keharmonisan antara manusia dan alam,” ungkap seorang kurator. Jenis- bonsai seperti serut, Santigi, dan Cemara Udang berhasil mencuri perhatian juri dan pengunjung dengan keindahan dan keunikannya.

Sementara itu, pameran Bonsai mencatatkan rekor yang sangat Istimewa dengan partisipasi batu alam yang memukau. , salah satu kurator, menjelaskan bahwa penilaian suiseki tekanan pada kealamian dan interpretasi artistik. “Setiap batu memiliki cerita dan interpretasinya sendiri, mencerminkan kekayaan geologis dan budaya Indonesia,” ujarnya sambil menunjukkan sebuah batu asal Sumatera Barat yang mengingatkan penari Noh Jepang, sebuah fenomena langka yang menantang imajinasi.

Kepala Lapas Sumenep, Ridwan Susilo, dalam Berbagainya, mengapresiasi potensi seni bonsai dan suiseki sebagai wujud kreativitas dan kecintaan masyarakat terhadap alam. “Sumenep, dengan kekayaan flora dan faunanya, menjadi panggung yang ideal untuk menampilkan karya-karya adiluhung ini,” tuturnya. Ia juga menekankan nilai-nilai sosial, lingkungan, dan budaya yang terkandung dalam seni bonsai dan suiseki.

Kepala Desa Manding Laok, Is, yang turut hadir, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menjadikan acara ini sebagai agenda tahunan. “Kami melihat potensi besar dalam seni bonsai dan suiseki untuk meningkatkan perekonomian lokal dan pelestarian lingkungan,” katanya. Ia juga menyampaikan harapannya agar acara ini dapat terus berkembang dan menjadi daya tarik wisata budaya di Sumenep.

Perhelatan ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga wadah pertukaran ilmu dan pengalaman antar seniman. Kehadiran peserta dari Sulawesi Selatan, Kalimantan, Jakarta, Bandung, dan berbagai daerah lainnya menyuburkan khazanah seni bonsai dalam Acara ini diharapkan dapat menjadi momen untuk memperkuat komunitas seni bonsai dan serta mendorong generasi muda melestarikan warisan budaya ini.

(R.M Hendra)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *