Jakarta Selatan, mediakota.com – 1 Mei 2025 | Di tengah gejolak zaman yang ditandai dengan krisis multidimensi—baik spiritual, sosial, politik, hingga lingkungan global—Majelis GAZA hadir menyuarakan alternatif solusi yang bersumber dari langit. Bertempat di Aula Pondok Pesantren Luhur Al-Tsagafah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (1/5). Majelis GAZA menggelar forum bertajuk “Agenda Allah Berbasis Mubasyirat (Mimpi Benar), Menuju Masa Depan yang Dituntun oleh Langit.”
Acara ini menjadi penanda penting dalam ikhtiar membangkitkan kembali kesadaran kolektif umat tentang peran sentral mimpi benar (mubasyirat) sebagai salah satu perangkat komunikasi spiritual ilahiyah di zaman pasca-wahyu.
Dalam forum yang diselenggarakan sejak pagi hingga sore ini, hadir sekitar 300–400 peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari tokoh agama, diplomat negara sahabat, akademisi, aktivis masyarakat sipil, hingga penggiat pendidikan dan kemanusiaan.
Forum Lintas Batas: Dialog Ruhani dan Strategi Kebangkitan
Ketua Majelis GAZA, Drs. R. Diki Candra Purnama, MM, dalam Berbagai pembukaan menekankan bahwa mimpi benar-benar bukan sekadar fenomena individu, melainkan bentuk kasih sayang Allah kepada umat-Nya yang tersesat di tengah kegelapan zaman.
“Mubasyirat adalah mata air dari langit, penuntun umat di era tanpa nabi. Ia hadir membawa cahaya, memberi arah ketika peta bumi tak lagi bisa dipercaya,” ujar beliau di hadapan para hadirin.
Acara ini menghadirkan pembicara utama dari kalangan cendekiawan dan tokoh nasional, yaitu:
Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA – Pakar sejarah Islam dan mantan Ketua Umum PBNU
Prof.Dr.KH. Abdul Wahid Maktub (Gus Wahid) – Akademisi President University dan mantan Duta Besar RI untuk Qatar
KH. Wahfiudin Sakam, SE, MBA – Ekonom dan praktisi spiritual terkemuka
Ketiganya mengupas fenomena krisis peradaban modern dan bagaimana peta ruhani yang dirangkum dari ribuan mimpi benar dapat menjadi referensi bagi arah kebangkitan umat.
Peta Ruhani Akhir Zaman: Strategi Lima Fase
Dalam sesi utama, Majelis GAZA menyampaikan roadmap akhir zaman berbasis mubasyirat, yang terbagi ke dalam lima fase penting:
1. Fase Peringatan Global (2001–2010) – Ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang mengejutkan kesadaran dunia: WTC, tsunami, dan bencana masif.
2. Fase Fitnah dan Kegelapan (2011–2020) – Era disinformasi, konflik horizontal, dan dekadensi moral global.
3. Fase Cahaya Timur (2021–2025) – Munculnya kesadaran baru dari wilayah timur dunia, termasuk Indonesia sebagai episentrum ruhani.
4. Fase Krisis Terbuka dan Pertarungan Akhir (2025–2028) – Masa puncak ujian umat dan peradaban.
5. Fase Kemenangan Ruhani (2029–2033) – Era kejayaan Islam berbasis cahaya, bukan senjata.
Ahmad Abdul Qohar, Ketua Panitia, menegaskan bahwa forum ini bukan sekadar kajian teoritis, melainkan ajakan untuk menyambut masa depan dengan panduan spiritual yang nyata dan terbukti.
“Sudah terlalu lama umat berjalan dengan asumsi dan agenda buatan manusia. Saatnya kita kembali ke agenda langit,” tuturnya.
Indonesia dalam Peran Sentral: Cahaya dari Timur
Salah satu narasi utama yang mengemuka dalam forum ini adalah posisi Indonesia sebagai tanah yang diramalkan dalam berbagai mimpi benar sebagai pusat hijrah akhir zaman dan benteng terakhir cahaya iman.
Majelis GAZA telah menghimpun lebih dari 1.700 mimpi benar dari umat Islam di berbagai belahan dunia, dan menemukan pola yang kuat bahwa kebangkitan akan bermula dari arah Timur. Dalam hal ini, Indonesia memiliki kekuatan demografis, spiritual, dan kultural yang unik sebagai medan tempur ruhani masa depan.
Suara Langit untuk Para Pengambil Kebijakan
Forum ini juga ditujukan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemangku kebijakan, baik di bidang pemerintahan, pendidikan, militer, maupun keagamaan. Dengan semangat inklusif, Majelis GAZA mengundang perwakilan kementerian, lembaga negara, duta besar, serta media nasional untuk terlibat dan menyuarakan kebenaran ilahiyah ini ke ruang publik.
Majelis GAZA menegaskan bahwa sudah waktunya narasi kebijakan dan pembangunan tidak hanya berdiri di atas data statistik dan teknologi, tetapi juga pada hikmah langit yang tak berubah oleh zaman.
( FrB )