
Karawang, mediakota.com — Saan Mustopa bersama tim dari DPR RI mengunjungi proyek pengendalian banjir di Karawang.(MI/REZA SUNARYA)
WAKIL Ketua DPR RI Saan Mustopa meninjau proyek pengendali banjir yang telah hampir dua dekade dinantikan warga di Kabupaten Karawang. Keberadaan proyek tersebut merupakan merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Pusat, DPR RI, dan Pemerintah Kabupaten Karawang.
Temukan lebih banyak
Saan mengatakan penanganan banjir Karangligar tidak bisa dilakukan secara sektoral. Karena itu, tiga lembaga negara terlibat langsung dalam penyediaan anggaran, dukungan teknis, hingga pembebasan lahan.
“Proyek ini adalah kolaborasi Kementerian PU, pemkab, dan DPR RI untuk menyelesaikan akar persoalan banjir. Kalau hanya penanganan artifisial, masalah tidak akan tuntas,” ujarnya di lokasi proyek di Desa Parungsari, Telukjambe Barat, Karawang, Kamis (20/11).
Menurut dia, Pemkab Karawang menyiapkan lahan, sedangkan pembangunan fisik sepenuhnya dibiayai Pemerintah Pusat melalui usulan DPR RI. Total anggaran mencapai sekitar Rp100 miliar.
Kang Saan berharap pembangunan ini mengakhiri banjir yang disebut warga sebagai banjir abadi karena terjadi nyaris setiap tahun selama kurang lebih 20 tahun.
“Hari ini saja masih ada genangan. Ini banjir abadi yang terus menghantui masyarakat,” ucapnya.
Dia juga menyinggung pengalamannya sebagai warga Karawang yang rumahnya berada di sekitar Sungai Citarum.
“Saya pernah merasakan Citarum jebol dan tahu betul bagaimana masyarakat mengalami kerugian. Karena itu kita harus berkomitmen melindungi warga, seperti pesan Presiden Prabowo bahwa rakyat adalah yang utama,” tandasnya.
Banjir datang
Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Marasi Deon Joubert menyebut banjir tahun ini menggenangi sekitar 160 hektare sawah dan permukiman di dua desa. Sebanyak 667 rumah di Desa Karangligar dan 964 rumah di Desa Mekarmulya turut terdampak, termasuk 23 fasilitas umum seperti masjid, sekolah, dan sarana sosial.
Tiga penyebab utama banjir, lanjutnya, ialah aliran balik Sungai Cibeet yang masuk melalui saluran pembuang Cidawolong dan Kedunghurang. Selain itu juga adanya genangan di area permukiman Desa Karangligar, Mulyajaya, dan Mekarmulya.
Penyebab lain ialah Penurunan muka tanah, yang menurut kajian BPBD mencapai dua meter di Desa Karangligar.
Dalam proyek ini detil pekerjaan meliputi normalisasi, tanggul, dan rumah pompa pada saluran Cidawolong. Nilai kontraknya mencapai Rp55,4 miliar.
Pekerjaan tambahan Tanggul Cibeet butuh Rp400 Miliar. “Saat ini kami bekerja sama dengan Pemkab Karawang untuk menyelesaikan pembebasan lahan tanggul Cibeet, dan beberapa hari terakhir progresnya mulai terlihat,” pungkas Deon.
(Ibad)