Sorotjakarta,-
PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) yang diduga dipalak hingga 40 juta per bulan oleh senior sangat tidak dibenarkan dan sangat disesalkan.
Praktik seperti itu harus diputus dan tidak ada lagi tindakan serupa dikemudian hari karena tidak ada hubungannya dengan akademik dan pendidikan.
Hal tersebut dikatakan Praktisi Kesehatan Masyarakat, dokter Ngabila Salama pada sorotjakarta.com melalui rilisnya, Senin, 2/9/2024.
“Jangan pernah takut melaporkan kejadian bullying sekecil apa pun agar segera dihentikan, laporkan ke kanal yang sudah disiapkan kemenkes ri.” Ujar Salama.
Perundungan pada pendidikan kesehatan utamanya kedokteran perlu tegas dihapuskan. Laporkan ke kanal pengaduan inspektorat jenderal Kemenkes RI / whistle blowing system di perundungan.kemkes.go.id / whatsapp 081299799777.
Laporan realtime akan ditindaklanjuti untuk investigasi untuk kronologis dan jika ada oknum terlibat yang jika terbukti bersalah akan diberikan sanksi.
“Jika tenaga kesehatan bisa sampai pencabutan STR dan SIP, bisa mengenai mahasiswa, dosen, pejabat sampai staf di rumah sakit pendidikan, atau pihak lainnya.” Ujarnya lagi.
Menurutnya, perundungan terjadi akibat power berlebih dari senior yang besar perannya dalam menentukan nasib pendidikan junior, mayoritas ada unsur balas dendam terhadap perlakukan yang sebelumnya juga dialami.
Kemenkes RI tahun 2024 telah membuat survei PPDS yang banyak mengaku ingin bunuh diri, hasil survei ini perlu ditindaklanjuti case by case terutama yang sudah mengisi depresi berat/ingin mengakhiri hidup agar segera dicarikan jalan keluar terbaik dengan tetap menjaga privasi dan memastikan 5 jaminan untuk korban bullying yang melapor.
Jaminan tersebut antaralain: jaminan kesehatan fisik, jaminan kesehatan mental, jaminan keamanan, dan jaminan tidak mendapat perlakuan serupa di kemudian hari.
“Perlu di follow up case by case sampai permasalahan benar tuntas dan tidak terjadi kembali.” Pungkas Ngabila.(yr)