Bergumul dengan Rektor dan Dosen Asing

Sabtu | 03 Agustus 2019 | 07:23:15 WIB
Kejaksaan Agung RI

FOTO : ISTIMEWA/MEDIAKOTA

MEDIAKOTA.COM,-Oleh : M Budi Djatmiko, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI )


Moskow, 3 Agustus 2019,-

Untuk mewujudkan cita-cita perguruan tinggi Indonesia masuk seratus besar perguruan tinggi kelas dunia, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berinisiatif mengundang rektor dan dosen dari luar negeri untuk memimpin Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Menteri Nasir juga memastikan anggaran untuk menggaji rektor luar negeri ini akan disediakan langsung oleh Pemerintah, tanpa mengurangi anggaran PTN tersebut, dan hal ini juga sudah disetujui oleh Mentri Keuangan Sri Mulyana, juga sudah disetujui oleh Presiden Jokowi. Pemerintah menargetkan pada 2020 sudah ada perguruan tinggi yang dipimpin rektor terbaik dari luar negeri dan pada 2024 jumlahnya ditargetkan meningkat menjadi lima PTN.

Menurut hemat APTISI, memang lebih baik mengundang rektor dan dosen asing, dari pada mengundang perguruan tinggi asing masuk Indonesia yang sangat ditentang keras oleh seluruh anggota APTISI, karena dilihat dari pemanfaatannya perguruan tinggi asing masuk Indonesia lebih banyak masalah yang kompleks, terutama bagi perguruan tinggi swasta.

Untuk mengundang rektor dan dosen asing, perlu banyak merubah peraturan, mulai dari Peraturan Pemerintahnya dan Peraturan Menteri, statuta perguruan tinggi dan lain-lain. Dalam melaksanakan uji coba rektor asing dosen asing, pemerintah perlu hati-hati, jangan buru-buru tetapi perlu pengkajian dari sana-sini.

Keuntungan Rektor dan Dosen Asing.
Ada beberapa hal yang akan menjadi daya tarik dan keuntungan jika Indonesia memiliki rektor dan dosen asing. Pertama, jika kita memiliki rektor asing dan dosen asing akan menambah motivasi unsur berkompetisi jauh lebih baik bagi para rektor dan dosen lokal, mereka para rektor dan dosen lokal akan lebih terpacu untuk melakukan berbagai hal agar jauh lebih baik. Kedua, mengundang rektor dan dosen asing masuk ke Indonesia akan juga menjadikan informasi dan transaksi ilmu pengetahuan yang jauh lebih baik, jika kita mampu menyeleksi mereka secara baik melalui pengalaman masa lalu para calon rektor dan dosen dari negara lain. Ketiga, perguruan tinggi akan menghasilkan proses tridharma perguruan tinggi jauh lebih baik, jika dipimpin rektor dan dosen asing.
Keempat, Jika rektor dan dosen asing tadi masih berstatus di home based (asal perguruan tinggi) diluar negeri, maka akan menambah lebih baik kolaborasi antar dua negara. Kelima, rektor dan dosen asing yang memiliki karya-karya ilmiah kelas dunia, akan bisa menaikan karya-karya ilmiah bagi dosen dan mahasiswa Indonesia jika kolaborasinya dimanfaatkan lebih baik. Keenam, rektor dan dosen asing akan menjadi perantara tautan kolaborasi antar institusi perguruan tinggi dan juga antar dua negara. Ketujuh, kita akan bisa banyak mengenal budaya akademik dari orang asing.

Kerugian Rektor dan Dosen Asing
Ada beberapa potensi yang merugikan jika kita memiliki rektor dan dosen asing, Pertama, untuk mendapatkan rektor dan dosen asing berpengalaman dan berkualitas sangat sulit dan mahal. Kedua, rektor dan dosen asing berpotensi akan mempengaruhi motivasi para rektor dan dosen lokal jika mereka ternyata tidak sesuai dengan harapan kita. Ketiga, Rektor dan dosen asing akan sulit menyesuaikan kondisi pekerjaan dan beban pekerjaan di tempat asal mereka. Keempat, rektor dan dosen asing akan bermasalah jika bekerja di Indonesia, karena beban menjadi rektor tidak hanya bicara kualitas tridharma perguruan tinggi, tetapi ada juga pekerjaan yang menyangkut masalah “politik titipan rejim (penguasa)”. Kelima, adakah jaminan rektor dan dosen asing memberikan kontribusi positif terhadap bangsa dan negara jika mereka memiliki akhlak dan perilaku yang buruk. Keenam, jika salah memilih rektor dan dosen asing selamanya rejim ini akan dicap oleh masyarakat pendidikan dengan predikat buruk, tetapi jika berhasil akan dapat predikat baik juga.
Ketujuh, jika salah memilih rektor san dosen asing akan mengakibatkan fatal bagi perkebangan mahasiswa dan dosen lokal.

Mencontoh Negara Lain.
Dibeberapa negara sudah banyak mempraktekan dosen asing masuk ke satu negara, contoh Malaysia mengundang dosen dan guru dari Indonesia di akhir tahun 1960 sampai petengahan tahun 1970an. Jepang setelah di bom Amerika 5 tahun berikutnya banyak mengundang guru dan dosen berkualitas dari beberapa negara, dan yang sangat fantastis di China sudah hampir lima belas tahun dan setiap tahun mengundang para pakar dan dosen sebanyak 1000 (seribu) dari seluruh dunia, untuk bisa kolaborasi dengan para ahli dan dosen di China, dan hasilnya China menguasa teknologi diberbagai bidang. Satu hal yang menarik China menjadi surga bagi peneliti dan para cendikiawan terbaik dunia karena akan diberikan fasilitas yang sangat baik jika mau tinggal dan berkontribusi pada pembangunan negara China.
Juga Singapura yang mendatangkan rektor asing untuk Nanyang Technological University (NTU) yang baru didirikan pada 1981, namun saat ini sudah masuk 50 besar dunia dalam waktu 38 tahun. Tentu masih banyak contoh lain seperti kemajuan korea selatan, juga dibeberapa negara yang sedang saya kunjungi seperti Finlandia, Swedia dan Rusia, tiga negara ini, sangat memperhatikan pendidikan dengan anggaran negara diatas 25% untuk digelontorkan ke pendidikan. Dan banyak negara di eropa perguruan tingginya menhasilkan banyak hadiah NOBEL, karena sebagian besar negara-negara eropa sangat memperhatikan pengembangan sumber daya manusia, bukan pengembangan fisik, seperti Indonesia belakangan ini.
Jika menilik latar belakang negara-negara maju mereka sangat konsen mengembangkan sumber daya manusia, karena dengan SDM yang berkualitas akan menghasilkan peradaban yang baik juga, dan semoga harapan ini bisa tercapai jika kita mampu memiliki rektor dan dosen asing yang berkualitas dan mampu membawa kebaikan buat pembangunan SDM Indonesia dimasa mendatang.

Arah Politik.
Seperti biasanya gaya poltik Indonesia, dari Presiden, gubernur hingga bupati dan walikota, enggan untuk mengelontorkan projek yang sifatnya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), hal ini bisa dipahami, jika seorang pejabat menglintorkan anggaran untuk SDM tidaknakan terlihat saat dirinya menjabat karena dia ingin dipilih kembali, maka anggaran belanja diushakan dlam bentuk projek fisik, disamping dapat terlihat saat dia menjabat juga dapat jatah setiap projek yang diluncurkan (patut diduga). Maka tidak terlalu kaget biasanya proyek SDM akan digelontorkan diperide kepemimpinan yang kedua, ini biasanya jika tidak terpaksa. Namun akan terjadi tuntutan para pemodal saat kampanye dulu, dan mengakibatkan projek pengembangan SDM selalu mangkrak. Maka akan dialihkan ke projek fisik lagi. Apalagi jabatan sudah dikapling-kapling partai pendukung, inilah salah satu biang kerok negara kita hancur. Maka ada baiknya arah politik Presiden Jokowi harus mulai berubah ke pengembangan SDM yang sesungguhnya.

Menterinya PTN.
Saya sering katakan dalam tiap forum, bahwa menteri ristekdikti adalah mentrinya PTN, hal ini terlihat dari besarnya perhatian anggaran buat PTN 93% dari PTN yang tidak sampai 200 perguruan tinggi, sedangkan PTS yang berjumlah 4500an hanya kebagian 7% dari anggaran APBN, tentu hal ini perlu dikaji ulang. Bisa jadi jika pemerintah banyak memberikan hibah pada PTS akan lahir perguruan tinggi kelas dunia dari PTS. Jadi wajar presiden membolehkan rektor dan dosen asing masuk ke indonesia. Saya pernah katakan pada pak Jokowi, mestinya PTN yang sudah banyak di danai oleh negara harus banyak berprestasi. Dan PTN jangan sibuk dipenerimaan mahasiswa baru dengan banya menerima mahasiswa baru, akibatnya rektor PTN sibuk menangani jumlah mahasiswa yang begitu besar dan lupa pada kualitas. Mestinya PTN konsen pada kelas-kelas dan fakultas internasional dengan banyak mengundang mahasiswa san dosen asing agar berkolabarsi menghasilkan karya nyata. Nyatanya sangat sedikit PTN kita kedatangan mahasiswa asing. Karena perguruan tinggi kelas dunia salah satu ukurannya adalah internasionalisasi, riset dan menghasilkan lulusan yang mampu berkiprah nyata di dunia usaha dan industri bertaraf internasional. Saya yakin kalo ada rektor dan dosen asing mereka tidak mengejar banyaknya mahasiswa tetapi mengejar kualitas, output dan outcome. Masalahnya setiap rektor PTN akan diberi pekerjaan rumah tentang APK ( angka partisipasi kasar), mestinya APK berikan saja pada PTS saja.

Terjadi silang pendapat.
Sepertibiasanya jika ada gagasan yang tidak biasa, masyarakat kita saling berbeda pendapat, hal ini sangat baik dan wajar tinggal para pemegang kebijakan harus menyadari, ini semua karena kecintaan pada NKRI, sehingga perlu diserap dan direnungkan secara mendalam, sehingga keputusan apakah mau ambil rektor dan dosen asing, betul-betul sudah dikaji secara baik dan holistik. Sehingga akan menguntungkan masyarakat bangsa dan negara dimasa mendatang.

Ada hal yang menarik dari silang pendapat ini, ada sebagian yang merasa terancam dari kedudukan rektor dan dosen asing ini, ada yang merasa biasa-biasa saja. Ada yang memberikan kritikan pedas ada juga memberikan dukungan rektor dan dosen asing ini. Bertepatan dengan saya menulis artikel ini, saya mendapat informasi yang mendarik dari Moskow State University (MSU), bahwa mereka telah membuat perguruan tinggi bersama Shenzhen University dibiaya oleh pemerintah provinsi Shenzhen China, mereka bersepakat membuat perguruan tinggi bertaraf internasional semenjak tahun 2017, dengan nama gabungan univesitas dari Rusia san China, yaitu Shenzhen MSU-BIT University. Rektor dan pejabatnya adalah orang terbaik di dunia khusunya dari Rusia san China. Dan sekarang juga MSU sedang berencana membuat universitas internasional dengan 15 negara dianataranya Rusia, USA, Australia, Jepang, Inggris, Italia, China, Israil, dll. Rencana kampus tersebut akan dibuat dibeberapa negara, dengan seluruh pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa adalah orang-orang terbaik di dunia. Jadi kalau kita alergi kedatangan orang asing, mereka sudah memulai lebih dulu. Masalahnya ini baik buat NKRI atau malah menjadi masalah, tentunperlu kajian yang mendalam. Tidak ada jaminan ini menjadi baik buat NKRI, malah mungkin menjadi buruk buat generasi mendatang. Sekali lagi kajian ilmiah ini perlu dilakukan demgan baik dan jangan terburu-buru.
Internasionalisasi PT
Selama saya melawat diberbagai perguruan tinggi terbaik di USA, Eropa timur, Eropa Barat dan Eropa Utara, Asia dan Australia, saya melihat mereka selalu dekat dengan industri dan memiliki mahasiswa dan tidak alergi dengan dosen asing. Namun jangan salah mereka memang negara yang sudah lama terbuka. Namun yang menarik mereka tidak sekedar latah, mereka membuat peraturan yang sangat ketat melindungi masyarakatnya juga. Seperti halnya gabungan unversitas dari Moskow dan Shenzhen yaitu Shenzhen MSU-BIT University ini, telah mempersiapkan perjanjian yang sangat ketat dianatara dua negara besar jika suatu saat terjadi kerubutan diantara keduanya, maka akan di tengahi oleh mahkamah internasional, hal ini telah ditulis dalam perjanjian dianatara dua negara tadi.

Kepentingan.
Setiap isu dan projek pasti ada kepentingan didalamnya, semua pihak harus meluruskan niat apapun yang dilakukan kemenristekdikti adalah hanya untuk kepentingan NKRI, bukan untuk kepentingan yang lain. Selama ini banyak projek yang terjadi di negeri kita tercinta hanya untuk kepentingan kelompok tertentu saja, dan ansih bisnis dengan besarnya hutang negara, hanya sebagian kecil yang menikmati projek, hanya sebagian kecil yang mendapatkan keuntungan dari fasilitas projek, tetapi hutang harus ditanggung oleh semua masyarakat indonesia yang juga sama sekali tidak menikmatinya. Semoga tulisan ini menginspirasi semua pihak untuk berfikir jernih setiap melihat isu dan gagasan. Semoga. (**)